JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk terus memerangi korpupsi demi memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
Presiden menyadari, meskipun bukan satu-satunya faktor penting yang mempengaruhi minat investor, praktik korupsi utamanya di jalur birokrasi, sangat merugikan karena bisa merusak keadilan dan membikin gelap masa depan bangsa, serta menghambat penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik.
"Membangun good governance dan combating corruption, itu salah satu prioritas dan agenda Indonesia untuk membangun good governance," kata Presdien di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (7/7/2010).
Hal tersebut dikatakannya dalam konferensi pers bersama Presiden Konfederasi Swiss Doris Leuthard. Konferensi pers tersebut dilakukan usai kedua kepala negara menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Indonesia dan Swiss dalam bidang pariwisata, investasi dan perdagangan. Dalam penandatanganan itu, Indonesia diwakili Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa serta Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.
Presiden menambahkan, tujuan dari pemberantasan korupsi salah satunya adalah menghasilkan birokrasi yang lebih responsif, lebih transparan dan lebih akuntabel. Berkaitan dengan itu, telah banyak yang dicapai Indonesia, namun masih banyak tugas yang harus dituntaskan.
Seiring dengan kebijakan tersebut, Presiden mengatakan, kerjasama Indonesia dengan negara-negara lain akan terus dilanjutkan. Karena itu, dia berharap agar investor juga mematuhi aturan hukum yang berlaku sehingga tercipta iklim investasi yang baik.
Lebih lanjut SBY memaparkan, sejak pertama kali dilantik sebagai Presiden, dirinya telah melakukan upaya massif dalam memberantas korupsi. "Banyak yang dapat kami lakukan tetapi ini adalah proses jangka panjang. Unfinished agenda yang harus terus kami lakukan untuk betul-betul clean up sistem yang ada di tempat kami termasuk birokrasi yang ada di Indonesia," katanya.
Saat ditanya mengenai, faktor-faktor penghambat investasi di Indonesia, Presiden menyampaikan bahwa korupsi bukanlah faktor utama. Dia menceritakan, ketika 11 tahun lalu Indonesia mengalami krisis perekonomian, investasi juga menurun. Tetapi itu karena permasalahan keamanan, stabilitas politik, kepastian hukum, infrastruktur, tata kelola pemerintahan yang baik, kebijakan ekonomi dan kondisi makro ekonomi.
"Jadi banyak faktor yang membikin investasi kita menurun," katanya.
Namun tren tersebut tidak berlanjut karena Indonesia berhasil melakukan reformasi sehingga pertumbuhan ekonomi naik dari -13 persen menjadi pertumbuhan positif. Bahkan, kata Presiden, dalam krisis ekonomi 2008, pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar ketiga setelah China dan India.
"Tapi kami akan terus melaksanakakan pemberantasan korupsi dan melakukan good governance agar semua climate di Indonesia betul-betul kondusif untuk kerjasama ekonomi dan usaha dengan negara sahabat maupun untuk kepentingan dalam negeri kami sendiri," paparnya.
(lam)
0 comments:
Post a Comment